Senin, 27 September 2010

Masuk Pendidikan Dokter, Siapa Takut




Meskipun SMPTN masih jauh, mungkin ada adik, saudara atau anak teman-teman menetapkan untuk Fakultas Kedokteran sebagai tempat menuntut ilmu.

Berikut ini sedikit gambaran tentang seperti pendidikan dokter itu. Jika melalui SMPTN memang kompetisinya sangat ketat. Jumlah peminatnya  puluhan ribu sedangkan kursi yang tersedia tak lebih dari 150. Itu bagi perguruan tinggi yang belum BHP. Bagi yang sudah berstatus BHP atau menuju BHP biasanya diistilahkan dengan BLU (Badan Layanan Umum), kuota SMPTN kadang  tergerus sangat kecil hingga dibawah 20 %. Umumnya mereka menerima lebih banyak dari program non subsidi atau mahasiswa asing karena tentunya pendapatan universitas akan jauh lebih besar.

Secara umum pendidikan dokter dibagi dalam dua fase. Fase preklinik dimana mahasiswa sama dengan mahasiswa lainnya, belajar di kampus, ikut praktikum, melakukan riset. Dahulu fase ini paling cepat dilalui sekitar 8 semester, jika lancar-lancar saja tentunya. Walaupun banyak yang molor hingga 5 sampai 6 tahun. Setelah melampaui fase ini dan mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked), selanjutnya mereka kan memasuki tahap pendidikan profesi atau kepaniteraan klinik, Coass, atau Clerkship di Rumah Sakit

Dahulu di tahun-tahun awal kita belajar tentang dasar-dasar pendidikan dokter, seperti anatomi, histologi, dan semacamnya sebelum belajar tentang penyakit. Namun sekarang semua diintegrasikan ke dalam model system, misalnya system kardiovaskular, pada saat yang sama mahasiswa akan belajar tentang anatomi, fisiologi, histologi, patofisiologi, farmakologi dan seterusny terkait dengan system itu. Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan PBL, contohnya untuk system cardiovaskular mahasiswa akan diberikan problem tentang penyakit kardiovaskuler untuk didiskusikan.

Model PBL dalan pendidikaan dokter membuat mahasiswa harus belajar untuk mencari sendirireferensi tentang sebuah topik, baik dari buku maupun penelusuran internet. Mereka nantinya akan mendiskusikan itu dalam kelompok-kelompok kecil yang yang didampingi oleh seorang dosen tutor.

Model PBL dalam Pendidikan dokter ini pun ternyata sangat ampuh meruntuhkan sekat komunikasi antara mahasiswa dan dosen. Dahulu dosen adalah pusat pembelajaran. Sosok dosen begitu dominannnya hingga apa yang kita tahu, atau lulus tidaknya seorang mahasiswa sangat tergantung dari sang dosen. Mahasiswa tak lagi segan bertanya pada dosennya. Dosen pun jadi harus belajar banyak karena setiap saat bisa ditanya mahasiswanya.

Selain itu pada model pendidikan dokter dengan model system maka mahasiswa pun diajarkan keterampilan klinik secara dini yang dahulunya baru diajarkan setelah seorang mahasiswa kedokteran menjalani fase coass di rumah sakit.

Di akhir pendidikan mahasiswa kedokteran juga melakukan riset sebagaimana mahasiswa di fakultas lain. Walaupun ada beberapa fakultas yang risetnya dibuat saat mereka kepaniteraan klinik terutama di bagian kedokteran komunitas. Dan jika semua mata kuliah telah dilulusi termasuk riset sudah dilaksanakan, maka bersiap-siaplah seorang mahasiswa melangkah ke kawah candaradimuka berikutnya, rumah sakit.

sumber www.imrmedical.com
Temukan semuanya tentang Pasang Iklan, bisnis, Iklan Baris, iklan gratis

0 komentar :